🔴 Apa hikmah pengajaran disebalik ketaatan isteri kepada suami dengan kelayakan syurga?
Adakah ketaatan kepada suami ini sama analogi seperti beriman kepada Allah? Wanita sering dipengaruhi dengan perasaan was-was, maka apabila dia tidak taat pada suami, maka seolah-olah dia tidak yakin pada suami. Sedangkan ketaatan memerlukan keyakinan. Bagaimana mungkin seseorang itu boleh taat kepada perintah Allahﷻ apabila dia tidak yakin kepadaNya? Apa pandangan sheikh?
✅ Ini adalah sistem Al-Qur’an:
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ
“Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (isteri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dan hartanya.” [An-Nisa’:34]
وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Dan mereka (para wanita) memiliki hak seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang pantas. Tetapi para suami mempunyai kelebihan di atas mereka. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.” [Al-Baqarah : 228]
Ini tidak termasuk dalam Rukun Iman.
Rukun Iman ada 6 perkara:
1. Beriman kepada Allah ﷻ
2. Beriman kepada Malaikat
3. Beriman kepada Kitab
4. Beriman kepada Rasul
5. Beriman kepada Hari Akhirat
6. Beriman kepada Qadha dan Qadar.
Tidak boleh ada rukun yang ke 7 iaitu beriman dengan suami.
Taat kepada suami ini berada dalam Fiqh Huquq atau hak-hak ketaatan ke atas wanita:
1. Taat kpd Allah ﷻ
2. Taat kepada Rasul
3. Taat kepada suami.
Dalil:
إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَصَّنَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ بَعْلَهَا، دَخَلَتْ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شَاءَتْ
“Apabila seorang isteri mengerjakan shalat yang lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya (menjaga kehormatannya), dan taat kepada suaminya, niscaya ia akan masuk Surga dari pintu mana saja yang dikehendakinya.” sahih Ibn Hibban 1296, Alalbani, sahih Al Jaami’ 661
Tetapi ia taat bersyarat, taat dalam urusan yang ma’ruf sahaja. Jika suami memerintahkan untuk mengerjakan yang haram, maka tidak ada ketaatan.