Utama Bilik (04) Rahiqum Makhtum Perihal Peperangan Khandaq (Parit)

Perihal Peperangan Khandaq (Parit)

2393
0
Iklan

Tahun ke 5 Hijrah

Dalam Sahih Al Bukhari, Al İmam memulakan dengan hadis.. İbn Umar ra.

Telah menceritakan kepada kami Ya’qub bin Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa’id, dari ‘Ubaidullah, dia berkata, telah mengabarkan kepadaku Nafi’, dari Ibnu Umar, radliallahu ‘anhuma bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mendapatinya dalam barisan perang Uhud ketika berusia empat belas tahun, namun beliau tidak mengizinkannya, dan kemudian beliau kembali menemukannya dalam barisan perang Khandaq, ketika ia berusia lima belas tahun, beliau akhirnya mengizinkannya.

Perang Khandaq memerlukan tenaga manusia yang ramai, untuk membuat Parit di bahagian laluan masuk Madinah diarah Mekah dan Najd..

Telah menceritakan kepadaku Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz, dari Abu Hazim, dari Sahl bin Sa’d, radliallahu ‘anhu, dia berkata, “Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada perang Khandaq, sementara para sahabat tengah menggali parit, sedangkan kami yang mengangkuti tanah di atas pundak kami.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian bersabda: “Ya Allah, tidak ada kehidupan (yang hakiki) kecuali kehidupan akhirat, maka ampunilah kaum Muhajirin dan Anshar.”

Rasulullah SAW bersama sama menggali parit..

Telah menceritakan kepada kami Khallad bin Yahya, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahid bin Aiman, dari Ayahnya, dia berkata, aku pernah menemui Jabir, radliallahu ‘anhu, Ketika kami menggali parit pada peristiwa khandaq, sebongkah batu yang sangat keras menghalangi kami, lalu para sahabat menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka berkata, “Batu yang sangat keras ini telah menghalangi kami dalam menggali parit,” lalu beliau bersabda: “Aku sendiri yang akan turun. Kemudian beliau berdiri (di dalam parit), semntara perut beliau tengah diganjal dengan batu (karena lapar). Semenjak tiga hari kami lalu tanpa ada makanan yang dapat kami rasakan, lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengambil kampak dan memukulkan pada batu tersebut hingga ia menjadi pecah berantakan -atau hancur-. Aku lalu berkata, “Wahai Rasulullah, izinkanlah aku untuk ke rumah.Setelah itu kukatakan kepada isteriku, “Aku melihat pada diri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sesuatu yang aku sendiri tidak tega melihatnya, apakah kamu memiliki sesuatu (makanan)?” isteriku menjawab, “Aku memiliki gandum dan anak kambing.” Kemudian ia meyembelih anak kambing tersebut dan membuat adonan gandum hingga menjadi makanan dalam tungku, setelah itu aku menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, sementara adonan mulai matang, dan periuk berada diantara dua tungku api dan hampir masak, maka aku berkata, “Aku memiliki sedikit makanan,” maka berdirilah wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersama dengan satu atau dua orang saja. Beliau bersabda: “Untuk berapa orang?” Lalu aku memberitahukan kepada beliau, beliau bersabda: “Tidak mengapa orang banyak untuk datang.” Beliau bersabda lagi: “Katakan kepada isterimu, jangan ia angkat periuknya dan adonan roti dari tungku api hingga aku datang.” Setelah itu beliau bersabda: “Bangunlah kalian semua.” Bergegas kaum Muhajirin dan Anshar berdiri berangkat, ketika Jabir menemui Isterinya, dia berkata, “Waduh, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah datang bersama kaum Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang bersama mereka.” Isteri Jabir berkata, “Memang beliau (Rasulullah) memintamu yang demikian?” Jabir menjawab, “Ya, begitu.” Lalu Rasulullah berkata: “Masuklah dan jangan berdesak-desakan.” Kemudian Rasulullah mencuil-cuil roti dan ia tambahkan dengan daging, dan ia tutup periuk dan tungku api. Selanjutnya beliau ambil dan beliau dekatkan kepada para sahabatnya. Lantas beliau ambil kembali periuk itu dan terus menerus beliau lakukan antara mencuili roti dan menciduknya hingga semua sahabat kenyang dan masih menyisakan sisa. Setelah itu beliau bersabda: “Sekarang makanlah engkau (maksudnya isteri Jabir) dan kalau bisa, hadiahkanlah kepada yang lain, sebab orang-orang, banyak yang masih kelaparan.”

Kelaparan Rasulullah SAW dan para sahabat ketika Perang Khandaq

Mukjizat atau Keberkatan

“Telah menceritakan kepadaku Ahmad bin Utsman, telah menceritakan kepada kami Syuraih bin Maslamah, dia berkata, telah menceritakan kepadaku Ibrahim bin Yusuf, dia berkata, telah menceritakan kepadaku Ayahku, dari Abu Ishaq, dia berkata, aku mendengar Al Barra` bin Azib, bercerita, dia berkata, “”Pada waktu perang Ahzab atau Khandaq, aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat tanah parit, sehingga debu-debu itu menutupi kulit beliau dari (pandangan) ku, saat itu beliau bersenandung dengan bait-bait syair yang pernah diucapkan oleh Ibnu Rawahah, sambil mengangkat tanah beliau bersabda: ‘Ya Allah, seandainya bukan karena-Mu, maka kami tidak akan mendapatkan petunjuk, tidak akan bersedekah dan tidak akan melakukan shalat, maka turunkanlah ketenangan kepada kami, serta kokohkan kaki-kaki kami apabila bertemu dengan musuh. Sesungguhnya orang-orang musyrik telah berlaku semena-mena kepada kami, apabila mereka menghendaki fitnah, maka kami menolaknya.’ Beliau menyenandungkan itu sambil mengeraskan suara diakhir baitnya.”””

Doa dengan suara yang keras di akhirnya baitnya.

“Telah menceritakan kepada kami Ishaq, telah menceritakan kepada kami Rauh, telah menceritakan kepada kami Hisyam, dari Muhammad, dari ‘Abidah, dari ‘Ali radliallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda pada perang Khandaq: “”Semoga Allah memenuhi rumah dan kubur mereka dengan api karena mereka telah menyibukkan kita hingga (tidak dapat melaksanakan) shalat Al Wustha (Ashar) sampai matahari terbenam.”””

Rasulullah saw dan para sahabat terlepas/terlewat Solat Asar semasa perang Khandaq

“Telah menceritakan kepada kami Al Makki bin Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Hisyam, dari Yahya, dari Abu Salamah, dari Jabir bin Abdullah, bahwa pada saat perang Khandaq, ‘Umar bin Al Khaththab radliallahu ‘anhu datang setelah matahari terbenam sambil mengumpat orang-orang kafir seraya berkata; “”Wahai Rasulullah, aku hampir saja tidak mendirikan shalat hingga matahari terbenam.”” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “”Demi Allah, aku juga belum melaksanakan shalat””. Kemudian kami singgah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di Buthan kemudian beliau berwudlu’ begitu juga kami berwudlu’ lalu kami mendirikan shalat ‘Ashar setelah matahari terbenam. Setelah itu beliau mendirikan shalat Maghrib.”””

 

“Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id, telah menceritakan kepada kami Al Laits, dari Sa’id bin Abu Sa’id, dari Bapaknya, dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “”Laa ilaaha illallahu wahdah, a’azza jundahu wa nashara ‘abdahu wa ghalabal ahzaab wahdahu falaa syai’a ba’dah (Tidak ada ilah yang berhak disembah selain Allah, Yang memenangkan tentara-Nya, menolong hamba-Nya, Dia sendiri yang akan mengalahkan pasukan sekutu dan tidak ada sesuatupun sesudah Dia””).”””

Riwayat Abu Hurairah r.a di Perang Khandaq sedangkan beliau datang ke Madinah selepas Khaibar 7H ?

Syed Abul Hasan Ali An Nadwi menyebut dalam kitab Sirah beliau.. panjang nya parit tersebut 5,000 depa manakala lebarnya kurang dari 9 depa dan kedalamannya antara 7 ke 10 depa. Dengan kurang lebih 3,000 tenaga kerja parit ini dapat disiapkan dalam masa 3 hari..siang dan malam parit digali tanpa henti melainkan solat dan keperluan peribadi..pasukan diantara 9-11 orang diberi kawasan 20 depa , 20 depa. Jika mengambil purata depaan orang Arab adalah 1.5 meter, maka panjang paritnya lebih kurang 7.5 kilometer..

Dari Abu Sukinah dari seorang sahabat Rasulullah saw berkisah:

“Ketika Rasulullah saw. menyuruh para sahabat menggali parit Khandaq, mereka dirintangi sebuah batu besar, yang sulit dipecahkan, Rasulullah saw. segera bangun mengambil kapak, lalu meletakkan selendangnya di tepi parit. Beliau memukul batu itu sambil membaca: “Wa tammat kalimatu rabbika sidqan wa ‘adian laa mubaddila likalimaatihii wa huwas samii’ul ‘aliim, maka hancurlah sepertiga batu itu.

Salman Al Farisi yang berdiri di dekat beliau, melihat cahaya terang terpancar dari celah batu ketika beliau memukul batu itu.

Kemudian beliau memukul batu itu untuk yang kedua kalinya, sambil membaca kalimat tersebut, terlihat oleh Salman pula cahaya terang, maka hancurlah sepertiga yang lain dari batu itu.

Lalu beliau memukul batu itu untuk yang ketiga kalinya sambil membaca kalimat tersebut dan hancurlah sepertiga yang terakhir.

Setelah itu Rasulullah saw. keluar dari parit dan mengambil selendang, lalu beliau duduk.

Kata Salman: “Wahai Rasulullah, aku telah melihat cahaya terang ketika engkau memukul batu tadi.”

Sabda Rasulullah:”Wahai Salman, benarkah kamu telah melihatnya?”

Jawab Salman:”Ya, demi Allah yang telah mengutusmu dengan benar, wahai Rasulullah”

Sabda beliau: “Sungguh, pada saat aku melepaskan pukulan yang pertama, maka diperlihatkan kepadaku kota-kota Kaisar Persia dan beberapa kota di sekitarnya, hingga aku dapat melihatnya dengan mataku.”

Para sahabat berkata: “Wahai Rasulullah, memohonlah pada Allah, supaya Allah membukakan negeri itu bagi kita, dan memberikan kekayaannya pada kita, dan semoga kita dapat menaklukkan negeri itu dengan tangan kita.”

Maka Rasulullah saw berdoa.

Sabda Rasulullah: “Kemudian ketika aku melepaskan pukulanku yang kedua, maka diperlihatkan kepadaku kota-kota Kaisar negeri Roma dan sekitarnya hingga aku dapat melihatnya dengan kedua mataku.”

Para sahabat berkata: “Wahai Rasulullah, berdoalah pada Allah, semoga Dia membukakan negeri itu buat kita, dan memberikan kekayaannya pada kita dan semoga kita dapat menaklukkan negeri itu dengan kekuatan kita”

Maka Rasulullah saw berdoa.

Sabda beliau: “Selanjutnya pada pukulanku yang ketiga, maka diperlihatkan kepadaku kota-kota negeri Habasah dan desa-desa sekitarnya, hingga aku dapat melihatnya dengan kedua mataku ketika itu. Tetapi biarkanlah negeri Habasah selagi penduduknya tidak mengganggumu; dan biarkanlah negeri Turki selagi penduduknya tidak mengganggumu.”

Peperangan Al Ahzab bukanlah pertempuran bersemuka atau berhadapan sebaliknya ianya lebih kepada peperangan didalam kubu yakni bertahan. Kubu dengan ertikata parit.. yakni musuh cuba masuk ke Madinah dengan percubaan menyeberangi parit tersebut..

Hampir 12000 menyerang dan membuat percubaan berkali kali untuk melepasi parit, umat İslam telah membaling apa sahaja termasuk batu dan kayu untuk menghalang kemaraan musuh..

Hadis terakhir yang diriwayatkan Al Bukhari dalam sahihnya dalam bab Perang Khandak..

“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Muqatil, telah mengabarkan kepada kami Abdullah, telah mengabarkan kepada kami Musa bin ‘Uqbah, dari Salim, dan Nafi’, dari Abdullah radliallahu ‘anhu, bahwa apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kembali dari suatu peperangan, hajji atau ‘umrah beliau memulainya dengan bertakbir sebanyak tiga kali, lalu mengucapkan: “”Laa ilaaha illallah wahdahu laa syariika lahu, Lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘alaa kulli syai’in qadiir. Aayibuuna taa’ibuuna ‘aabiduuna saajiduuna lirabbinaa haamiduun. Shadaqallahu wahdahu wa nashaa ‘abdahu wa hazamal ahzaaba wahdah, (Tidak ada ilah yang berhak disembah selain Allah Yang Tunggal. Yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kerajaan dan bagi-Nya pujian dan Dia Maha berkuasa atas segala sesuatu. Kita kembali, sebagai hamba yang bertaubat, ber’ibadah, sujud untuk Rabb kita dan yang memuji-Nya. Allah Maha Benar dengan janji-Nya, menolong hamba-Nya dan menghancurkan sendiri musuh-musuh-Nya).”””

Dan Al İmam Al Bukhari juga membawa satu hadis yang sangat besar ibrah dan isyarah nya bagi yang mengkaji..

“Telah menceritakan kepadaku Abdullah bin Muhammad, telah menceritakan kepada kami Yahya bin Adam, telah menceritakan kepada kami Isra’il, aku mendengar Abu Ishaq berkata; aku mendengar Sulaiman bin Shard berkata; aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda ketika perang al-Ahzab dimulai: “”Sekarang kita akan menyerang mereka dan mereka tidak akan menyerang kita, dan kita akan menghadapi mereka.”””

Selepas dari Al Ahzab semua Ghuzwah adalah dalam posisi menyerang.. wallahu a’lam dan Hudud yakni hukuman bagi penzina, kutipan jizyah dan perutusan surat dakwa kepada pemimpin Kafir dilakukan selepas Al Ahzab..

29 hari yang memeritkan..

Bagi tentera Al Ahzab (Kafir) ianya satu kerugian dan kegagalan yang besar. Pakatan yang gagal, dan pada mereka ianya akan disebut-sebut dalam sejarah mereka di kemudian hari satu peristiwa yang amat memalukan..

Komen dan Soalan