Oleh Syaikh ‘Abdussalam bin Salim As Suhaimi
Manhaj generasi Salafus Shalih dalam masalah aqidah secara ringkas adalah sebagai berikut:
- Membatasi sumber rujukan dalam masalah aqidah hanya pada Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam serta memahaminya dengan pemahaman Salafus Shalih
- Berhujjah dengan hadits-hadits shahih dalam masalah aqidah, baik hadits-hadits tersebut mutawatir maupun ahad.
- Tunduk kepada wahyu serta tidak mempertentangkannya dengan akal. Juga tidak panjang lebar dalam membahas perkara gaib yang tidak dapat dijangkau oleh akal.
- Tidak menceburkan diri dalam ilmu kalam dan filsafat
- Menolak ta’wil yang batil
- Menggabungkan seluruh nash yang ada dalam membahas suatu permasalahan [1]
Inilah aqidah yang lurus yang berasal dari sumber yang murni, yaitu Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, yang jauh dari hawa nafsu dan syubhat. Orang yang berpegang teguh dengan aqidah yang demikian, maka ia telah mengagungkan nash-nash Qur’an dan Sunnah karena ia mengetahui bahwa apa yang ada di dalamnya itu benar.
Imam Al Barbahari rahimahullah berkata:
واعلم رحمك الله أن الدين إنـما جاء من قبل الله تبارك وتعالى لم يوضع على عقول الرجال وآرائـهم وعلمه عند الله وعند رسوله فلا تتبع شيئاً يهواك فتمرق من الدين فتخرج من الإسلام فإنه لا حجة لك فقد بين رسول الله صلى الله عليه وسلم لأمته السنة وأوضحها لأصحابه وهم الجماعة وهم السواد الأعظم والسواد الأعظم الحق وأهله
“Ketahuilah saudaraku, semoga Allah merahmatimu, bahwa agama Islam itu datang dari Allah Tabaaraka Wa Ta’ala. Tidak disandarkan pada akal atau pendapat-pendapat seseorang. Janganlah engkau mengikuti sesuatu hanya karena hawa nafsumu. Sehingga akibatnya agamamu terkikis dan akhirnya keluar dari Islam. Engkau tidak memiliki hujjah. Karena Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam telah menjelaskan As Sunnah kepada ummatnya, dan juga kepada para sahabatnya. Merekalah (para sahabat) As Sawaadul A’zham. Dan As Sawaadul A’zham itu adalah al haq dan ahlul haq” [2].
Sebelum itu, beliau juga berkata:
والأساس الذي تبني عليه الجماعة وهم أصحاب محمد صلى الله عليه وسلم وهم أهل السنة والجماعة فمن لم يأخذ عنهم فقد ضل وابتدع وكل بدعة ضلالة
“Pondasi dari Al Jama’ah adalah para sahabat Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Merekalah Ahlussunnah Wal Jama’ah. Barang siapa yang cara beragamanya tidak mengambil dari mereka, akan tersesat dan berbuat bid’ah. Padahal setiap bid’ah itu kesesatan” [3].
Beliau juga berkata:
قال عمر بن الخطاب رضي الله عنه : لا عذر لأحد في ضلالة ركبها حسبها هدى ولا في هدى تركه حسبه ضلالة فقد بُينت الأمور وثبتت الحجة وانقطع العذر وذلك أن السنة والجماعة قد أحكما أمر الدين كله وتبين للناس فعلى الناس الإتباع
“Umar bin Al Khattab Radhiallahu’anhu berkata: Tidak ada toleransi bagi seseorang untuk melakukan kesesatan, karena petunjuk telah cukup baginya. Tidaklah seseorang meninggalkan petunjuk agama, kecuali baginya kesesatan. Perkara-perkara agama telah dijelaskan, hujjah sudah ditetapkan, tidak ada lagi toleransi. Karena As Sunnah dan Al Jama’ah telah menetapkan hukum agama seluruhnya serta telah menjelaskannya kepada manusia. Maka bagi manusia hendaknya mengikuti petunjuk mereka” [4].
—
Penerjemah: Yulian Purnama
Artikel Muslim.Or.Id
—
[1] Diringkas oleh syaikh dari kajian kitab Al Minhaj yang diasuh oleh Syaikh Abdullah Al ‘Ubailan. Dan poin-poin ini sudah ma’lum dari pengamatan terhadap manhaj para salafus shalih
[2] Syarhus Sunnah, 1/66.
[3] Syarhus Sunnah, 1/65.
[4] Syarhus Sunnah, 1/66.
Sumber: http://www.almenhaj.net/tawheed/text.php?linkid=7621