Cabang Iman yang ketiga berdasarkan susunan Al Imam Al BAIHAQI adalah Iman dengan Malaikat. Allah swt menurunkan wahyunya kepada Nabi-nabi dengan melalui Jibril as.Dan didalam Nizam (peraturan) yang Allah swt tetapkan, jutaan bahkan trilion bahkan googol (unit 10 kuasa 100) malaikat yang dicipta oleg Allah swt.
Setiap malaikat ini diberi peranan dan tugasan dan sentiasa patuh dan tunduk dengan perintah ALLAH SWT.
Ada yang menjaga Arash.
Ada yang mencatit amalan
Ada yang bawa Rahmat
Ada yang bawa Rezeki
Ada yang mencabut Nyawa
Ada yang tugasan nya menyoal penghuni kubur
Ada yang menjaga Syurga
Ada yang menjaga Neraka
Ada yang meniup sangkakala
Peraturan yang Allah swt tetapkan pada Malaikat ini tidak sama dengan peraturan yang Allah swt tetapkan untuk manusia. Keimanan dengan kebenaran adanya Malaikat ini kita akan merasakan hampir dan dekatnya peraturan Allah swt. Sehari-sehari bila kita tengok ada polis ada tentera di kawasan kejiranan kita, kita akan rasa ada pihak berkuasa yang memerintah…
Begitulah jika dalam hati kita sentiasa tasdiqkan adanya malaikat-malaikat yang sedang sibuk menjalankan tugas dan kepatuhan kepada Allah swt, akan mendatangkan kesedaran ada kuasa yang Maha Hebat, memiliki seluruh Kerajaan langit dan Bumi
Mengkhabar, menyampaikan dan melazimi cerita hal-hal malaikat akan mewujudkan hubungan yang akrab dengan mereka yang merupakan ciptaan Allah swt, kita juga makhluk ciptaan ALLAH SWT. Sedar dan Ingat dalam setiap perbuatan kita ada petugas petugas dialam yang luar dari pandangan mata kita sedang melihat, mencatit dan memerhati bahkan sedang menyampaikan rahmat, rezeki dan ilham dari ALLAH SWT.
Setiap amal kita akan didoakan oleh malaikat malaikat yang tidak terkira banyaknya.. setiap selawat kepada Nabi saw, akam diselawatkan keatas kita oleh malaikat malaikat..bahkan inilah satu tanda tanda kehebatan Allah swt.. bahkan inilah yang diajar oleh Rasulallah saw, hubungan akrab dengan malaikat.. berapa banyal hadis tentang turunnya malaikat di medan jihad, di malam al QADR dan dikala membaca Al QUR’AN dan majlis zikir..
Amalkan dengan bina hubungan yang akrab dengan malaikat, buat amal yang akan diturun, didoa dan dihadiri malaikat..
baik.. semoga Allah swt tambah kefahaman akan iman kita dengan malaikat
wama taufiqi illa billahi
wallahu a’lam bi sowwab
“Telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin Muhammad, dari Al Ala` bin Abdurrahman, dari Ayahnya, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pergi menemui Ubay bin Ka’ab, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memanggil: “”Hai Ubay!”” sementara dirinya tengah mengerjakan shalat, ia menoleh namun tidak menjawab beliau, dan Ubai tetap melanjutkan shalatnya, ia lalu mempercepat shalatnya dan langsung menghampiri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Ubay mengucapkan; “”ASSALAAMU’ALAIKUM, wahai Rasulullah.”” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “”WA ‘ALAIKASSALAAM, apa yang menghalangimu, wahai Ubay untuk menjawabku saat aku memanggilmu?”” Ubay menjawab; “”Wahai Rasulullah, aku tadi sedang mengerjakan shalat. Beliau bertanya: “”Apa kau tidak menemukan di antara yang diwahyukan Allah kepadaku agar kalian memenuhi panggilan Allah dan RasulNya bila menyeru kalian untuk sesuatu yang menghidupkan kalian?”” Ubay menjawab; “”Benar, aku tidak akan mengulangi, insya Allah.”” Beliau bersabda: “”Maukah aku ajarkan kepadamu satu surat yang tidak diturunkan di Taurat, Injil dan Zabur, dan dalam al-Qur`an juga tidak ada yang sepertinya?”” Ubay menjawab; “”Tentu, wahai Rasulullah.”” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “”Bagaimana kamu membaca saat shalat?”” Perawi berkata; “”Maka Ubay membaca ummul al-Qur`an (Al Fatehah). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “”Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah diturunkan di Taurat, Injil, Zabur dan dalam al-Qur`an seperti itu, sesungguhnya ia adalah tujuh (ayat) yang diulang-ulang dan al-Qur`an yang agung yang diberikan padaku.”” Abu Isa berkata; Hadits ini hasan shahih. Dalam hal ini, ada hadits serupa dari Anas bin Malik dan Abu Said Al Mua’lla